Saudah binti Zam'ah

Saudah binti Zam’ah merupakan salah satu istri Rasulullah yang tidak begitu popular. Beliau tidak sepupuler istri-istri rasul lainnya, seperti Khadijhah ataupun Aisyah. Tapi beliaulah muhajirah beriman lagi mulia yang terpilih sebagai Ummu Mukmimin ra yang mendampingi Rasul mengghilangkan kepedihan sepeninggal Khadijah ra.


Tahun 619 M Bunda Khadijah berpulang ke rahmatullah meninggalkan Rasulullah beserta keempat putri  dan beban dakwah yang cukup berat . Sepeninggal istri tercinta yang sudah menemani Rasul selama 28 tahun , Rasul mengalami masa yang cukup sulit. Tidak ada lagi yang menghibur dirinya di malam hari kala lelah mengemban dakwah di siang harinya.
Muncul Khaulah binti Hakim di hadapan rasulullah menawarkan pernikahan. Keluar nama Aisyah dan Saudah sebagai kandidat istri yang ditawarkan kepada Rasulullah. Rasulullah menikahi keduanya Aisyah binti Abu Bakar dan Saudah binti Zam'ah. Akan tetapi Aisyah saat itu masih belia, sehingga Aisyah hanya di akad saja dan baru tiga tahun kemudian Aisyah datang ke rumah Rasulullah. Saudahlah yang dinikahi,  kemudian langsung dibawa kerumah Rasul untuk membantu mengurus keempat putri dan rumah tangga serta obat pelipur lara sepeninggal khadijah.

Saudah binti Zam’ah berasal dari suku Quraish Mekah. Saudah berasal dari keturunan Bani Luiy, salah satu nenek moyang Rasulullah Saw.  Seorang janda berumur 55 tahun dari Sakran bin Amr .

 Sakran bin Amr adalah sepupu dari  Saudah yang merupakan anak dari pamannya. Dari pernikahan mereka lahir seorang putra bernama  Abdurrahman.  Sakran bin Amr ini merupakan satu dari delapan orang yang hijrah ke Habasyah karena tekanan dari kafir Mekah. Beberapa membawa serta keluarganya dalam perjalanan hijrah tersebut termasuk Sakran bin Amr. Beberapa tahun kemudian mereka kembali ke Mekah setelah dirasa kondisi Mekah sudah lebih aman. Akan tetapi, dalam perjalanan suami Saudah binti Zam’ah jatuh sakit hingga akhirnya wafat. Jadilah Saudah sebagai janda Sakran bin Amr.

Saudah dinikahi Rasul pada bulan Ramadhan tahun sepuluh kenabian. Saudah dibawa ke rumah Rasulullah  dan membantu mengurus Fatima Al-Zahra yang ketika itu masih kecil beserta ketiga kakaknya, yaitu Zainab, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.  Saudah mengurus segala keperluan rumah rasul sampai Aisyah datang.

Saudah berbadan besar, jalannya jenaka hingga menyebabkan Rasulullah tertawa. Hal itu membuatnya bahagia.  Pada suatu ketika Saudah berkata kepada Rasul, “Aku shalat di belakangmu tadi malam,  wahai Rasulullah, lalu aku rukuk lama sekali hingga aku memeganggi hidungku karena khawatir mimisan." Kemudian Rasul tertawa mendengar kata-kata Saudah.

 Saudah memiliki selera humor yang baik.
Rasulullah memperlakukan Swadah dengan baik. Beliau mendengar kelakarnya yang tidak berlebihan. Bahkan, kadang-kadang beliau menyimak kata-kata Saudah yang dianggap benar dan bijak.

Muhajirah yang mulia ini sadar posisinya tidak dapat menggantikan khadijah. Terlebih setelah Aisyah datang dengan pesona muda dan kecerdasannya.  Dengan iman dan ketakwaan nya yang kuat, Saudah dapat menundukkan rasa cemburu dan kegelisahannya. Begitu pula setelah istri-istri lainnya datang ke rumah Rasulullah,  diantaranya Hafshah binti Umar, Zainab binti Jahsy, Ummu Salamah binti Abu Umaiyah al Makhzumi.
Hubungan antara istri-istri nabi sangat baik. ini karena perilaku adil rasul kepada semua istri-istri Rasulullah baik secara nafkah maupun urusan bermalam.

 Saudah memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Aisyah. Karena usianya yang sudah berumur sehingga merasa sudah tidak maksimal dalam melayani Rasulullah sehingga dia menghibahkan jatah malamnya kepada Aisyah.

Saudah berumur panjang hingga pada masa kekhalifahan Umar ibnu Khatab menjadi Khalifah. Sepeninggal Rasulullah, Saudah mendapatkan dana pensiun. Saudah menggunakan seperlunya dan sisanya di sedekahkan di jalan Allah. Saudah wafat pada tahun 674 M di Madinah dengan tenang sebagai Ummul Mukminin ra. (Sew)
Share on Google Plus

About PKS Kabupaten Magelang

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment