Pesona Ilmu Psikologi pada 'Anak Indigo'


Psikologi adalah suatu bidang ilmu yang sangat menarik. Di Indonesia, perkembangan ilmu ini cukup pesat. Ada yang mendalami dengan masuk menjadi ilmuwan dan praktisi, dan ada juga yang mempelajarinya secara common sense.

Semua aspek kehidupan rasanya tak lepas dari dunia psikologi. Hubungan suami dan istri / keluarga, anak kecil, anak remaja, orang dewasa, lansia, orang-orang di sekolah, orang-orang di tempat kerja, produsen, konsumen, dan banyak lagi yang di dalamnya terdapat kajian yang berkaitan dengan psikologi.

Psikologi dengan pesonanya mampu menarik banyak orang. Bermuculan pula berbagai macam aktivitas berkaitan psikologi seperti tes IQ, tes bakat dan minat, konseling, training-training motivasi, hingga hal-hal yang masih diperdebatkan dalam keilmuan psikologi itu sendiri seperti tes sidik jari, tes kepribadian golongan darah, dan adanya anak indigo. Perdebatan itu muncul membahas apakah objek kajian tersebut termasuk sains atau pseudo sains.

Lebih jauh, pesona psikologi ini juga merasuk ke umat Islam, sehingga ditemui muslim yang membabi buta mengikuti apa yang diajarkan dalam psikologi. Padahal psikologi adalah ilmu yang berkembang terikat dengan budaya. Dalam hal ini, psikologi berkembang terikat dengan budaya barat.

Karakteristik budaya barat adalah sekuler, yakni memisahkan agama dengan keilmuan. Pada titik inilah kehati-hatian kita sebagai seorang muslim harus dimunculkan.

Prof Malik Badri mewanti-wanti muslim, terutama ilmuwan muslim di bidang psikologi dengan mengibaratkan kondisi psikolog muslim seperti berada dalam lubang biawak.

Anak indigo dan pseudo sains

Kita sering mendengar istilah anak indigo dan kadang orang tua ingin memiliki anak indigo. Pada umumnya anak indigo didefinisikan sebagai anak dengan kemampuan indera keenam, sixth sense. Anak bisa melihat hal yang ghaib atau hal-hal di masa depan. Kemampuan seperti ini dianggap sebagai suatu kelebihan, bahkan orang tua ada yang tidak ingin kemampuan ini dihilangkan.

Menelusuri lebih jauh tentang indigo, di laman wikipedia menyebutkan bahwa istilah anak indigo dimunculkan oleh seorang cenayang atau peramal. Lebih lanjut, konsep indigo masuk dalam kajian pseudo sains. Pseudo sains adalah ilmu semu, dibuat seolah-olah ilmiah, dengan menghadirkan data-data yang seolah empiris dan ilmiah.

Sayangnya kebanyakan masyarakat terutama muslim tidak memahami hal tersebut. Kelemahan anak indigo dalam kajian psikologi yaitu pseudo sains tidak dipahami oleh kebanyak orang. Sehingga banyak sekali yang beranggapan adanya anak indigo itu berdasarkan pada kajian ilmiah.

Kaitan Anak indigo dengan konsep Islam

Di dalam Islam telah disebutkan bahwa manusia itu terhalang untuk melihat hal-hal yang ghaib (Q.S An-Naml ayat 65). Hal-hal yang ghaib itu tidak diperlihatkan Allah kepada manusia, meliputi adanya jin, malaikat, dan juga masa depan. (Q.S Al-Jin 26-28). Jika ada manusia yang bisa melihat jin atau mengetahui masa depan, maka itu tandanya manusia telah berhubungan dengan jin (Q.S Al-Jin ayat 6). Manusia tidak dapat melihat jin, namun jin dapat melihat manusia (Q.S AL-A’raf ayat 27). Manusia dapat berhubungan dengan jin, jika jin itu menghendaki dan adakalanya jin meminta syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini biasanya akan membawa manusia pada kemusyrikan hingga kekufuran. Kesimpulannya adalah manusia tidak dapat melihat yang ghaib kecuali ia telah berhubungan dengan jin dan berhubungan dengan jin dapat membawa manusia pada kesyirikan.

Anak indigo adalah anak-anak yang diyakini memiliki indera keenam sehingga bisa melihat hal-hal ghaib atau masa depan. Tetapi jika kita kembali pada konsep ajaran Islam, maka anak indigo bisa ada karena ia memiliki hubungan dengan jin. Sangat sulit jika keindigoan itu merupakan anugerah dari Allah SWT, karena tidak ada manusia normal yang dapat mengetahui hal yang ghaib. Ketidaknormalan itu muncul karena adanya interaksi dengan jin.

Apakah mungkin seorang anak yang tidak tahu cara memanggil jin bisa berhubungan dengan jin? Pertanyaan seperti itu tampak mencoba menegaskan bahwa anak indigo bukan karena hasil interaksi dengan jin. Ada sebuah pandangan umum pada masyarakat tentang interaksi manusia dengan jin. Seseorang yang telah meminta pertolongan dengan jin maka jin itu akan tetap ada dan berpindah pada keturunannya jika seseorang itu telah meninggal. Oleh karena itu, jika ada seorang anak yang terindikasi indigo maka sebaiknya kita mengecek kembali silsilah keluarganya. Biasanya salah satu anggota keluarga ada yang berhubungan dengan jin misal orang tua atau kakek-neneknya.

Kesimpulan mengenai anak indigo : Keterpesonaan terhadap ilmu Psikologi

Dua pandangan mengenai anak indigo diatas menunjukkan bahwa anak indigo tidak diakui adanya secara empiris keilmuan maupun secara ajaran Islam. Pemahaman masyarakat bahwa adanya anak indigo dibuktikan secara ilmiah ini dapat disebabkan karena terpesona dengan ilmu psikologi. Ilmu psikologi muncul sebagai suatu hal yang menarik sehangg orang-orang yang baru berkenalan akan mudah terpesonanya dengannya. Keterpesonaan ini dapat dihindari dengan pemahaman Islam yang baik. Oleh karena itu, benar apa yang disampaikan para ulama dan kyai terdahulu, belajar mengenai ilmu agama itu paling penting sebelum mengenal ilmu-ilmu yang lainnya. [Catur Edi Gunawan]

gambar: ummi-online.com
Share on Google Plus

About PKS Kabupaten Magelang

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment