Ramadhan Sebentar Lagi


Sering kita dengar nama lain Ramadhan adalah syahru tarbiyah. Namun kadang, pemahaman kita hanya sebatas pada menganggapnya sebagai pendidik hawa nafsu untuk tidak makan dan tidak minum di siang hari. Alhasil, ketika waktu berbuka tiba, kita merasa sampai pada waktu untuk balas dendam. Padahal dibalik semua itu ada hal besar yang bisa kita ambil hikmahnya.

Mari sejenak kita resapi hikmah terbesar dari perintah berpuasa. Salah satu diantaranya adalah melatih diri untuk meninggalkan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Seorang mukmin diperintahkan untuk meninggalkan makan, minum, dan bergaul suami-istri di siang hari bulan Ramadhan. Padahal kita semua tahu itu adalah perbuatan yang sebenarnya halal. Kemudian jika ia mampu melakukan itu, maka meninggalkan perkara yang dilarang atau diharamkan Allah tentu akan lebih mampu dan patuh lagi. Meninggalkan yang halal lagi baik saja mampu. Apalagi meninggalkan yang haram lagi hina. Begitulah idealnya seorang mukmin.

Allah telah berjanji akan mengganjar setiap mukmin yang menjalankan perintah Allah, seperti shalat, zakat, haji, dan ibadah lainnya dengan pahala yang berlimpah. Maka, begitu juga untuk mukmin yang meninggalkan larangan Allah. Ia tidak kalah mulia derajatnya di sisi Allah.

Ada nilai perjuangan melawan kehendak hawa dan nafsu dalam hal itu. Dan kita semua paham, melakukannya bukanlah perbuatan yang mudah. Bahkan ia adalah perbuatan yang sangat berat. Rasul telah mengabarkan bahwa hal itu jauh lebih berat dari melawan musuh dalam perperangan.

Karena itu, orang yang sanggup menentang gejolak hawa nafsu dalam dirinya, itulah orang yang mulia di sisi Allah. Dia dijanjikan Allah untuk masuk ke surga-Nya. Dan sebaliknya, orang yang tidak peduli dengan aturan Allah, berbuat semaunya, telah Allah ancam dengan azab neraka Jahim. Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an,


“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya neraka Jahimlah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”
(An- Nazi’at: 37-41)

Maka salah satu ciri-ciri orang yang berhasil dalam puasanya adalah ia yang sanggup menghindari segala bisikan nafsu dari dalam dirinya sendiri. Dan hal itu tercermin melalui segala tindak tanduk kesehariannya. Bila ia orang yang kasar dan ketus, ia akan menjadi halus dan lembut. Bila ia pemarah, ia akan menjadi seorang yang bisa mengendalikan diri. Bila ia pendusta, ia akan menjauh dari segala dusta. Bila ia orang yang sombong, ia akan belajar menjadi orang yang rendah hati. Dan seterusnya.

Hadirnya Ramadhan tinggal selemparan batu. Semoga kita dipanjangkan usia agar bisa berjumpa dengan Ramadhan. Dan mari berbenah. Persiapkan diri kita agar kita bisa menjadi pemenang yang berhasil mengantongi peringkat taqwa di akhirnya. [Qi]
Share on Google Plus

About PKS Kabupaten Magelang

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment