Membaca Sejak Bayi


Rendahnya minat membaca masyarakat di negara kita salah satunya bisa disebabkan karena rendahnya ikatan emosional masyarakat terhadap sumber belajar terutama buku bacaan. Tak heran jika hasil survei UNESCO lima tahun lalu ternyata dari 1.000 hanya satu orang saja yang mau membaca buku tinggi (serius) dan menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Salah satu cara mengeratkan ikatan emosional masyarakat terhadap buku dapat dimulai dengan membiasakan membaca sejak bayi. 

Pernah mendengar kisah bayi down syndrome yang berhasil tumbuh menjadi bayi normal? Yup, kisah ini saya kutip dari buku Membuat Anak Gila Membaca yang ditulis oleh pakar parenting Mohammad Fauzil Adhim. Pengalaman dari seorang ibu bernama Marcia Thomas yang tinggal di Memphis, Tenessee.     
Kehadiran seorang bayi umumnya menjadi momen yang paling membahagiakan bagi seorang ibu. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Marcia harus menghadapi kenyataan menyedihkan atas kondisi putrinya, Jennifer, yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit selama tujuh minggu karena gangguan jantung dan bedah korektif. Bahkan pada usia dua bulan putrinya hampir-hampir mengalami kebutaan, tuli, dan keterbelakangan mental yang parah (down syndrome). 

Di tengah ujian yang melanda, Marcia terkesan dengan kisah seseorang yang mengalami hal yang sama dari sebuah buku. Sebagai ibu Marcia dengan gigih melakukan terapi diet membaca kepada anak perempuannya dengan sekurang-kurangnya sepuluh buku setiap hari sembari menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Bisa dibayangkan ia membacakan buku untuk putrinya sepuluh buku setiap hari. Bahkan manakala Marcia tidak bisa menemani, ia tak lupa meninggalkan tape berisi rekaman cerita dan meminta kepada perawat untuk menghidupkan tepe tersebut di samping putrinya. 

Kegigihan Marcia ternyata tidak sia-sia. Ketika putrinya berusia empat tahun hasil IQ nya adalah 111. Bahkan usia SD, anaknya selalu memperoleh nilai tertinggi untuk pelajaran membaca. Katanya, tidak ada kegemaran yang lebih disukai oleh Jennifer melebihi membaca. Jennifer seorang bayi down syndrome itu akhirnya tumbuh normal karena diet membaca yang dilakukan oleh ibunya. 

Jika Jennifer yang terlahir dengan kondisi down syndrom saja berhasil menjadi anak normal karena diet membaca, apalagi untuk bayi yang terlahir dalam kondisi normal? 

Kisah Marcia dan putrinya ini menunjukkan bahwa membacakan buku untuk bayi adalah aktivitas yang berguna untuk mengasah kecerdasan otak. Para ahli pendidikan telah mencurahkan perhatian yang sangat besar untuk melakukan penelitian tentang membaca. Setidaknya dari aktivitas membaca ada delapan aspek yang bekerja secara bersamaan, kata Burn dalam Membuat Anak Gila Membaca, aspek tersebut adalah sensori, persepsi, sekuensial, pengalaman, berpikir, belajar, beasosiasi, dan afeksi. Tak hanya delapan aspek saja yang teraktifkan secara bersamaan ketika anak membaca atau dibacakan buku, aspek kejiwaan anak pun turut terasah salah satunya membuat ikatan emosional anak terhadap buku begitu kuat. 

Mengikat emosional anak terhadap buku tentu berbeda dengan memberikan pelajaran membaca secara formal. Ikatan emosional dapat dilakukan dengan membiasakan anak berdekatan dengan buku misalnya membacakan buku di dekat anak. Penulis buku Membuat Anak Gila Membaca dikupas dengan apik, bagaimana cara membacakan buku untuk bayi. 

Pertama, bacalah buku dengan suara yang berubah-ubah sehingga berirama. Sesekali meninggi, sesekali merendah. Membaca dengan suara yang berubah-ubah membuat anak tertarik sehingga anak benar-benar terlibat secara psikis. 

Kedua, membuat pola baca. Kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak anak baru lahir cenderung membentuk pola membaca pada anak. Misalnya menjelang tidur anak dibacakan buku maka akan memiliki kebutuhan membaca sebelum tidur. Buku akan menjadi sahabat terbaiknya saat tidur. Kalau biasa membacakan buku setiap saat, kapan saja ada kesempatan, anak akan cenderung membaca kapan pun ada kesempatan. 

Ketiga, bukalah buku bersama anak. Saat anak berusia tiga atau empat bulan, dapat memulai dengan membaca buku bersama. Caranya, dudukkan anak di pangkuan. Letakkan ia dengan cara membuatnya merasa nyaman. Apabila perlu, dapat diawali dengan bermain untuk membuatnya siap. Sebelum membaca, anak dapat diajak berdialog sehingga ia merasa diajak berbicara dan dilibatkan. Bayi akan merasa dihargai apabila diajak berbincang-bincang sehingga ia merasa senang, gembira dan lebih mudah untuk diajak membaca buku bersama. [Umu Latifah]

Bersambung...^^
Share on Google Plus

About PKS Kabupaten Magelang

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment