Ramadhan Terakhir



Oleh: Aaran Peri

"Mungkin ini Ramadhan terakhir bagi kita."
Kata-kata tersebut seminggu ini terus mampir dalam pandangan saya tiap kali bermotor pulang kantor. Ia tertulis pada banner yang dipajang di samping masjid Al-Mustaqiem Muntilan. Sebuah masjid berwarna biru yang terletak di ringroad utara muntilan. Memangnya ada ringroad di Muntilan? Itu adalah julukan saya dan beberapa teman untuk jalan searah di Muntilan menuju Jogja, he.. 

Kata-kata tersebut muncul di tengah minimnya atribut yang dipasang pada Ramadhan tahun ini, 1437 H.
Suasana kontras jika dibandingkan dengan perayaan peringatan hari kemerdekaan atau kemeriahan menyambut tim penilai lomba desa tingkat propinsi di daerah saya seminggu sebelum Ramadhan kemarin (bisa browsing ada liputannya). Ah, barangkali antusiasme menyambut Ramadhan tahun ini sudah beralih di media sosial yang juga gandrung di desa saya yang di pelosok gunung sekalipun.

Selanjutnya Mbah Google pun menjadi andalan saya, saya ketik dengan kata kunci “Kata-kata menyambut Ramadhan”. Dari kata-kata standar seperti “Marhaban Ya Ramadhan” hingga yang unik menggelitik sekaligus menarik. Tentu ini yang jadi perhatian saya, langsung muncul berkat kebaikan Mbah Google. 

Salah satunya berbunyi begini, “Ramadhan telah tiba, KAWIN yuk!!” Eeit tapi bukan kawin itu lho ya. Kawin adalah kepanjangan K= kurangi dosa, A= awali perbuatan dengan doa, W= waktunya tambah pahala, I= ingat hidup hanya sementara, N= niati untuk masuk surga. Kawinnya jos kan! Ada juga kata-kata STOP FACEBOOKAN START TADARUSAN, sebuah kampanye yang menyindir Anda dan saya tentunya, ha..

Dari situ, saya tergelitik untuk mencari tahu kata-kata terkait Ramadhan apa yang terbersit di benak orang biasa, ustadz, ketua DPC, hingga ketua DPD. Sudah tentu dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Android jadul pun menjadi andalan mencari data. Biasa-biasa gini saya juga punya kontak WA beliau-beliau. Dan, belum tentu beliau-beliau menyimpan kontak saya, hiks..

Narasumber orang biasanya, saya ambil sampel terdekat. Saya sendiri. Agar tak perlu mengurangi pulsa. Beberapa tahun terakhir tiap kali memasuki Ramadhan saya terus terngiang,
"Saiki sasi poso dilereni anggone maksiat, sesuk rampung poso diteruske meneh…anggone leren (Sekarang bulan puasa hentikan maksiat, besok setelah puasa dilanjutkan lagi berhentinya)." Bukan saja karena kata-katanya yang sedikit ndagel. Tapi kata-kata tersebut juga menyindir perilaku sebagian manusia yang berhenti berbuat maksiat di Bulan Ramadhan tetapi melanjutkannya kembali seiring berakhirnya Ramadhan. Lumayan kan benak orang biasanya, he..

Sebagai nara sumber ustadz, pilihan saya jatuh pada Ustadz Ahmad Kasban. Seorang ustad lulusan Kairo yang kini menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Ihsanul Fikri Kabupaten Magelang. Lewat whatsaap (WA) saya ketik, sengaja basa basinya tidak saya tampilkan,
“Kata-kata apa yang terbersit pada Ustadz berkaitan dengan Ramadhan?” Ustadz Kasban menjawab,
“Usia kita terbatas namun Allah memberi lipatan umur dengan Ramadhan.” 

“Super sekali,” balas saya. Ustadz yang sering mengunggah kata-kata dan gambar terkait kematian ini, mengajak kita untuk memanfaatkan peluang yang diberikan Allah SWT. Peluang untuk melipatgandakan amalan. Dimana di Bulan Ramadhan ada hari yang perbandingannya sama dengan seribu bulan. Tertarik untuk melipatgandakan umur? Hayuuk.

Untuk ketua DPC, saya mengontak Pak Supriyanto. Beliau adalah ketua DPC PKS Kecamatan Srumbung, yang tak lain adalah tetangga desa saya dan dipastikan menyimpan kontak saya. Bagi Pak Supriyanto Ramadhan adalah sarana tarbiyah keluarga dan masyarakat untuk menyiapkan penerus generasi dakwah. Cukup jelas.

Terakhir saya menghubungi Ustadz Abdul Azis, ketua DPD PKS Kabupaten Magelang. Kali ini juga lewat WA, saya ketik “Assalamu’alaikum wr wb. Mohon maaf sebelumnya mudah-mudahan tidak mengganggu. Mohon jawabannya: terkait Ramadhan, kata-kata apa yang terbersit pada panjenengan? Semacam quote. ”Saya juga sebut nama saya untuk mengantisipasi nomer saya tidak ada di kontak beliau. 

“Yang menarik dari Ramadhan bagi ane adalah ini… Mungkin saja Ramadhan tahun ini adalah yang terakhir bagi kita. Beruntunglah kita jika bisa membaguskan seluruh amalan di Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini,” begitu respon balik dari Ustadz Abdul Azis. Ngeklik ya dengan kata-kata awal tulisan ini? Percayalah saya tidak mensettingnya. Jazakallah Ustad.

Tuntas sudah misi yang berawal dari kegelitikan ini, terimakasih Anda menyempatkan membaca. Semoga Anda (termasuk saya) mampu mengoptimalkan diri beribadah di bulan suci ini. Semua itu insya Allah enteng dilakukan dengan selalu menghadirkan keyakinan bahwa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita.
Share on Google Plus

About PKS Kabupaten Magelang

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment