NYALAKAN PELITA, TERANGKAN CITA-CITA



Oleh: Arifatun Anifah Setyawati

Ilmu adalah pelita, cahaya dalam gelapnya dunia, penerang dalam senyapnya kehidupan. Alkisah negara Jepang di era sebelum restorasi Meiji. Jika kita menyibak lembar demi lembar sejarah mereka, akan kita dapati sebuah bangsa yang begitu gemar berperang untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Era Nobunaga yang legendaris, dilanjutkan Hideyoshi dan Ieyashu, menjadi salah satu zaman keemasan jepang di satu sisi, namun juga menjadi zaman yang tak henti bersimbah darah pertarungan memperebutkan kekuasaan. Pada masa itu, yang berkuasa adalah pedang. Masyarakat tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk menuntut ilmu. Mereka begitu tertinggal. Era keshogunan kemudian berakhir dengan kembalinya kekusaan kaisar pada zaman pemerintahan kaisar Meiji, dan dimulailah restorasi Meiji yang dikenal sebagai awal terbukanya bangsa jepang. 

Restorasi Meiji diawali dari kesadaran bangsa jepang bahwa mereka ternyata begitu tertinggal dan terbelakang. Kedatangan komodor Mathew C. Perry membuka mata mereka. Komodor Mathew membawa kapal yang dilengkapi persenjataan dan teknologi yang jauh lebih lengkap dan canggih daripada mereka. Kekhawatiran mereka akan invasi Amerika memaksa Jepang untuk berbenah dengan cepat dan mereka membuktikan diri mereka adalah pembelajar cepat. Kini kita saksikan bangsa Jepang menjadi bangsa paling maju di dunia. 

Jepang hanyalah salah satu contoh negara yang bangkit dengan ilmu. Jika kita menelisik sejarah Rasulullah dan nabi-nabi terdahulu, maka akan kita dapati bahwa para nabi dan rasul tersebut membebaskan manusia dari kebodohan. Kebodohan dalam arti yang sangat luas yang membuat manusia jauh dari peradabannya. Jazirah arab sebelum kedatangan rasulullah diselimuti kejahiliyahan. Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang sangat mudah menumpahkan darah. Dan Rasulullah datang membawa cahaya islam yang membebaskan bangsa arab dari ketertinggalan tersebut. Sepeninggal Rasulullah, islam memimpin dunia hingga berabad lamanya. 

Tak berlebihan kiranya jika kementrian pendidikan dan kebudayaan memilih nyalakan pelita sebagai tagline hari pendidikan nasional tahun ini. Karena ilmu adalah pelita dan iman adalah bahan bakarnya. Iman dan ilmu adalah satu kesatuan, iman membutuhkan ilmu dan begitu pula sebaliknya. Zaman kegelapan berakhir ketika ilmu dan iman datang. Ilmu membawa restorasi, iman mengawal restorasi. Ilmu membawa inovasi dan kreativitas, iman mengarahkannya agar membawa kemanfaatan. Ilmu munumbuhkan harapan akan cita-cita masa depan, sedang iman adalah semangat yang menggelora untuk terus menggantungkan citacita. 

Dan nyalakan pelita, gantungkan cita-cita menjadi tagline yang begitu indah, yang hendaknya tidak hanya digaungkan di bulan ini saja, melainkan harus terus digaungkan. Tanpa citacita, hidup kita tak bertujuan. Cita yang dibingkai visi dan misi yang tepat akan memberi energi yang luar biasa untuk bergerak. Pencapaian-pencapaian yang besar di masa dulu dan sekarang seringkali berawal dari cita-cita yang bahkan dianggap musykil, mustahil akan terwujud. Menyeberang ke eropa bagi bangsa arab adalah musykil sebab mereka tak memiliki armada laut dan sama sekali tidak mengenal dunia bahari. Namun cita-cita mengembangkan sayap peradaban islam nan agung membuat khalifah utsman bin affan membuat sejarah baru: membangun armada laut dengan kekuatan 1600 kapal. Cita-cita untuk bisa menerangi dunia membuat Thomas Alfa Edison mencoba membuat lampu pijar ratusan kali hingga akhirnya berhasil. Cita-cita melihat indonesia merdeka yang menyebabkan para pendahulu kita bertaruh harta, tenaga, bahkan nyawa. 

Oleh karena itu, janganlah lelah menyalakan pelita iman dan ilmu, janganlah lelah mendekap cita-cita dan berjuang untuk mewujudkannya. Imam syafi’i berkata, “Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan perihnya kebodohan”.
Share on Google Plus

About PKS Kabupaten Magelang

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment