Oleh : @salimafillah
Menggunjing mukmin itu menjijikkan; Allah umpamakan bagai melahap & mengunyah daging saudara; bangkai busuk, berbelatung, & bernanah.
Tapi menggunjingkan 'ulama lebih besar dosanya. Menista kehormatan 'Alim, termungkin membuat khalayak lari dari kebenaran & kebaikan.
Dalam ungkapan An Nawawi; "Daging 'ulama itu racun!"; peringatan betapa berbahayanya membuka, membicarakan, & menyebarkan 'aib pemuka.
Syarat ghibah/menggunjing adalah benar; shahih, valid, datanya faktual & terverifikasi. Jika sudah dibumbui; dusta lebih lagi dosanya.
Sebaliknya; mendamaikan 2 mukmin yang berselisih amat besar ganjarannya; maka berlipat lagi pahala meluruskan kesalahfahaman 2 'Alim.
Mohon perkenan pagi ini berbincang tentang 3 bintang yang menerangi zamannya; Imam Abu Hanifah, 'Abdullah ibn Al Mubarak, & Al Auza'i.
Sungguh; selamat dari lisan manusia & diridhai semua hati; ujar Imam Asy Syafi'i; ianya mustahil. Hal inipun menimpa Imam Abu Hanifah.
Orang-orang yang dengki pada kemuliaannya & tak menyukai madzhabnya menebarkan berbagai cerita tak mengenakkan tentang diri beliau.
Ketika Ibn Al Mubarak mengunjungi Al Auza'i; pemimpin para fuqaha' negeri Syam; beliau amat terkejut mendengar pertanyaan sang Imam.
"Hai Imam warga Khurasan"; panggil Al Auza'i pada Ibn Al Mubarak; "Apa yang kautahu tentang ahli bid'ah besar di Kufah; Abu Hanifah?"
Ibn Al Mubarak tak langsung menjawab. Beliau justru memohon agar Al Auza'i sudi membahas beberapa persoalan fiqh nan pelik dengannya.
Setelah Al Auza'i tuntas menjawab soal-soal fiqh itu {kebanyakan dengan ucapan "Aku tak tahu!"; Ibn Al Mubarak mohon izin membahas.
Semua soalan fiqh dibahas cemerlang oleh Ibn Al Mubarak dengan pembuka; "Salah seorang guruku di 'Iraq membahasnya begini, begini.."
Semua telaah & kesimpulan nan dituturkan Ibn Al Mubarak membuat Al Auza'i takjub berdecak-decak. Beliau berkata; "Syaikhmu ini amat..
..kuat hafalannya, luas wawasannya, dalam fiqhnya, & tajam akalnya. Teruslah belajar kepadanya & ambillah ilmu sebanyak-banyaknya.
"Berkenankah saya beritahukan namanya pada Anda?", tanya Ibn Al Mubarak. "Siapa?", tukas Al Auza'i. "Dialah Abu Hanifah; Imam Kufah."
Segera setelah beristighfar; seakan tak bisa menunda lagi; Imam Al Auza'i meminta Ibn Al Mubarak menemaninya mengunjungi Abu Hanifah.
Mari kita cemburu pada Imam penuh berkah; Ibn Al Mubarak. Betapa indah menghubungkan orang-orang utama; mempersaudarakan ahli ilmu.
Betapa agung memadamkan fitnah, meluruskan kabar salah, & menumbuhkan ukhuwah menyejarah. Disertai ketulusan dalam saling menasehati.
Pada Abu Hanifah & semua saudara; dia menasehati dalam sunyi, merahasiakan alpa, memaafkan silap, membantu kesusahan, menghibur duka.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment